Infotainment berlebihan (Alay)

Infotainment berlebihan (Alay) - Setiap peristiwa mempunya arti tersendiri baik itu dari segi sudut pandang kiri atau kanan, sebab pada sejatinya semua itu telah digariskan. Dan Infotainment berlebihan (Alay) kita hanya menjalankan sebagaimana kita sebuah wayang yang talah dilakonkan oleh dalang. Seperti itu pula makna dari sebuah unsur kehidupan.

Tidak terlepas banyak dari kita yang hanya memandang semua peristia hanya sebagai hal yang lumrah dan biasa saja. Namuan Infotainment berlebihan (Alay) apakah tau bahwa kita hidup ini sebagaimana orang perjalannan yang kadang memerlukan tempat singgah sementara yang cuma dibuat untuk istrirahat sejenak dan kita pun akan melaksanakan perjalanan kembali.Dan Infotainment berlebihan (Alay) untuk hal yang semacam ini terkadang kita lupa dan tergiur hanya dengan kemewahan dan kemegahan nikmat dunia semata.


Tayangan Infotainment Berlebihan

Surabaya (ANTARA News) - Pengamat media dari Universitas Airlangga (Unair) Suko Widodo menyatakansejumlah tayangan infotainment  berlebihan dan tidak memberikan informasi serta edukasi kepada publik.

Dosen Ilmu Komunikasi Unair tersebut  menuturkan, Minggu, seharusnya sebagai salah satu media pemberitaan, tayangan infotainment tidak menampilkan kehidupan pribadi para selebritis namun lebih pada prestasi dan karya-karya yang mereka dapatkan.

"Tayangan infotainment seharusnya tidak memberitakan gosip perceraian dan kehidupan pribadi artis, tapi lebih pada prestasi dan karya yang telah mereka dapatkan," katanya menjelaskan.

Ia mencontohkan, jika ada seorang aktor atau aktris sedang melakukan proses pembuatan film, bukan kehidupan pribadi dan masalah perceraian yang diangkat tapi lebih pada kupasan film sepanjang hal tersebut bisa memberikan manfaat pada publik.

Suko juga menambahkan, tayangan infotainment Indonesia berbeda dengan tayangan infotainment yang ada di luar negeri.

"Tayangan infotainment di luar negeri justru mengupas semua prestasi dan karya yang diciptakan oleh seorang artis atau aktor, namun di Indonesia berkebalikan karena jurnalis infotainment malah mengupas kehidupan pribadi, seperti anaknya artis ulang tahun, artis jalan-jalan, dan sebagainya," katanya.

Karena tayangan infotainment yang terlalu berlebihan seperti itu, maka ia berharap jurnalis infotainment bisa belajar dari para jurnalis non-infotainment.

"Para jurnalis infotainment harus didik sumber daya manusianya agar bisa menghasilkan tayangan yang mendidik dan berkualitas untuk publik," katanya.

Menurutnya, dengan cara mendidik SDM jurnalis infotainment, maka, infotainment bisa tetap berjalan dengan isi atau containt yang berkualitas.

Mengenai prediksi infotainment selanjutnya, Suko hanya mengatakan bahwa hal tersebut tergantung dari pihak infotainment.

"Tergantung dari mereka, kalau mereka mau berubah, menurut saya itu bagus. Namun, jika tidak infotainment masih tetap menjadi salah satu tayangan yang tidak memberikan kualitas edukasi dan informasi kepada publik," ucapnya. (*)



Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) 

menilai pemberitaan perseteruan Eyang Subur dan Adi Bing Slamet oleh media, dalam hal ini terutama infotainment, terlalu berlebihan. Karenanya, KPI mengimbau agar tayangan infotainment di TV membatasi pembahasan tentang isu tersebut.

Komisioner KPI Nina Mutmainah Armando mengungkapkan, banyak aduan yang diterima KPI terkait pemberitaan Subur dan Adi. Menurutnya, dalam kasus itu, ekspose yang berlebihan telah terjadi.

"Terkait tayangan kasus perseteruan antara ES dan Adi itu udah masuk banyak ke pengaduan KPI, terutama lewat Twitter. Seperti yang diketahui kan masalah mereka adalah masalah yang sangat pribadi, namun dimunculkan ke ruang publik. Masing-masing pihak saling mengungkap hal pribadi pihak satu ke pihak lain. Menurut kami, hal seperti itu apa gunanya untuk konsumsi publik?" papar Nina, Selasa (9/4/2013).

Nina menambahkan, pihaknya juga telah berkomunikasi dengan beberapa redaksi dari tayangan infotainment. Hal itu dimaksudkan agar media infotainment bisa segera membatasi mana yang perlu diketahui publik, mana yang tidak.

"Ibu Ezky sebagai wakil ketua sudah bicara langsung ke beberapa pemred dari tayangan infotainment. Supaya tayangan-tayangan di TV tidak mengobarkan terus perseteruan itu," lanjutnya.

"Nanti kami lihat selanjutnya seperti apa. Tapi sementara ini Ibu Ezky sudah bicara. Karena ada langkah-langkah di mana kami bisa bicara langsung, memanggil ke KPI. Mungkin minimal kami akan mengirim surat," sambung Nina.

Tentu saja bukan berarti infotainment tak boleh menampilkan pemberitaan Subur dan Adi. Namun, menurut Nina, lebih baik memang menyajikan pemberitaan tentang bagaimana solusi untuk mengakhiri perseteruan dua pihak itu.

"Alangkah baiknya kalau program infotainment mengangkat solusi untuk keduanya. Menampilkan sisi positif. Bukan malah mendorong masing-masing pihak untuk perang. Karena semakin ke sini rasanya seperti ada ekploitasi," tandasnya.



Tayangan "Infotainment" Terlalu Berlebihan

Jakarta, Kompas - Tayangan infotainment dianggap terlalu berlebihan. Proses produksi infotainment tidak sepenuhnya mengikuti etika jurnalistik dan kerap dimotori keinginan mencari keuntungan sebesar-besarnya.
Demikian antara lain terungkap dalam disertasi bertajuk Relasi Kekuasaan dalam Budaya Industri Televisi di Indonesia: Studi Budaya Televisi pada Program Infotainment. Disertasi itu berhasil dipertahankan oleh Mulharnetti Syas dalam ujian promosi untuk memperoleh gelar doktor program studi ilmu komunikasi dari Universitas Indonesia dengan yudisium sangat memuaskan, Selasa (13/7).
Disertasi itu menjadi sangat menarik di tengah maraknya program infotainment yang dituding sejumlah kalangan tidak memerhatikan kaidah-kaidah jurnalistik. Untuk menyusun disertasi itu, Mulharnetti mengikuti pekerja infotainment di suatu media sampai enam bulan.
Dalam satu minggu terdapat 49 program infotainment yang disajikan 11 industri televisi nasional. Stasiun televisi yang tidak menyajikan infotainment hanya TVRI.
Pertumbuhan jumlah tayangan infotainment dilatarbelakangi antara lain Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Infotainment menjadi salah satu program alternatif yang lahir dengan alasan memenuhi minimal 60 persen proporsi isi siaran domestik. Selain biaya produksinya murah, infotainment juga mendatangkan keuntungan tidak sedikit.
Beberapa alasan pokok penyebab maraknya infotainment antara lain perubahan struktural industri penyiaran dan telekomunikasi, integrasi vertikal dan horizontal industri media, tekanan pencapaian ekonomi, serta munculnya pekerja media yang hanya memiliki keterikatan minim pada kode etik jurnalistik. Selain itu, adanya juga cara pandang bahwa lapangan jurnalisme dan hiburan itu sama saja.
Melanggar prinsip
Menurut Mulharnetti, proses produksi infotainment kerap melanggar prinsip-prinsip jurnalistik sehingga tidak dapat disebut sebagai karya jurnalistik. ”Prinsip kebenaran, klarifikasi, independen, dan proporsional dalam pemberitaan yang merupakan beberapa elemen jurnalisme yang dirumuskan Bill Kovack, misalnya, kerap dilanggar. Infotainment lebih banyak berdasarkan gosip,” ujarnya.
Produksi dan distribusi program infotainment tentang budaya industri dalam kaitannya dengan relasi kekuasaan dipengaruhi etika kapitalis. Jurnalisme kian identik dengan bisnis atau terjadi pergeseran nilai jurnalistik yang semula mengedepankan fakta tetapi belakangan mengedepankan fungsi bisnis (keuntungan).
Kekuatan produksi dibentuk dalam kaitan bukan untuk menggali nilai utilitas atau nilai guna, tetapi mencari nilai lebih dari nilai tukar.
Isi dan paparan terus-menerus menciptakan keyakinan masyarakat bahwa mereka membutuhkannya. ”Celakanya, program yang mempergunjingkan urusan rumah tangga yang sarat perselingkuhan, perceraian, dan perselisihan orangtua serta anak ini mendapat rating tinggi,” ujarnya. Kualitas isinya dinilai tidak baik, tetapi tetap dipertahankan.
Mulharnetti berpandangan, diperlukan peninjauan ulang terhadap infotainment. ”Siaran televisi tidak sekadar menghibur, tetapi juga harus mendidik,” ujarnya. (INE/NAL)

Berita Alay Terbaru : 


Infotainment berlebihan (Alay) -Keledai favorit seorang pria jatuh ke dalam sebuah lubang yang dalam. Dia tidak bisa menarik keledai tersebut keluar, tidak peduli seberapa keras ia mencobanya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mengubur keledainya hidup-hidup.

Tanah mulai ditimbun ke lubang tempat keledai berada dari atas. Infotainment berlebihan (Alay) -Keledai yang merasa tertimpa tanah, menggoyangkan tubuhnya untuk menjatuhkan tanah di atas tubuhnya, dan melangkah di atas tanah tersebut. Tanah berikutnya ditimbun kembali ke dalam lubang.

Setelah banyak ‘mengibaskan’ masalah, Dan melangkah (belajar dari kisah di atas), Infotainment berlebihan (Alay) Suatu saat setelah terlepas dari masalah, anda akan mampu merumput di padang rumput hijau. Anda akan mampu meraih apa yang anda impikan.

Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. “Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya. “Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,” ujar si kakek.Infotainment berlebihan (Alay) Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara “Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.

Wanita itu berkata “belum !” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku.Ia terus membakarku.Infotainment berlebihan (Alay) Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.

Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata “belum !” lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan Infotainment berlebihan (Alay) lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum !” Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak.

Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Infotainment berlebihan (Alay)"

Posting Komentar