Berserah Diri

Berserah Diri - Setiap peristiwa mempunya arti tersendiri baik itu dari segi sudut pandang kiri atau kanan, sebab pada sejatinya semua itu telah digariskan. Dan Berserah Diri kita hanya menjalankan sebagaimana kita sebuah wayang yang talah dilakonkan oleh dalang. Seperti itu pula makna dari sebuah unsur kehidupan.

Tidak terlepas banyak dari kita yang hanya memandang semua peristia hanya sebagai hal yang lumrah dan biasa saja. Namuan Berserah Diri apakah tau bahwa kita hidup ini sebagaimana orang perjalannan yang kadang memerlukan tempat singgah sementara yang cuma dibuat untuk istrirahat sejenak dan kita pun akan melaksanakan perjalanan kembali.Dan Berserah Diri untuk hal yang semacam ini terkadang kita lupa dan tergiur hanya dengan kemewahan dan kemegahan nikmat dunia semata.


Suatu musibah telah menimpa seorang teman. Kendaraan yang ditumpanginya dalam suatu perjalanan piknik mengalami kecelakaan. Mobilnya ringsek berat. Istri dan kedua anaknya meninggal. Ia sendiri luka berat. Hari-hari setelah kecelakaan merupakan kesedihan berat baginya. Dan lelaki itu pun mempunyai kebiasaan baru: suka murung dan bergumam. ''Seandainya saya tak mengajak mereka bertamasya, barangkali mereka masih hidup,'' katanya seraya menarik nafas panjang seakan mau melepaskan beban derita itu. Dalam keadaan seperti itu, kesedihan yang berkepanjangan tentu tak ada gunanya dan tak akan menyelesaikan masalah. Sikap yang terbaik adalah berserah diri, tawakkal. Islam sendiri arti harfiahnya adalah pasrah. Dan tawakal adalah sikap pasrah pada setiap persoalan, dengan mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah.

Namun yang harus diingat dalam berserah diri ini, tawakal adalah batas akhir upaya. Bukan tawakal namanya bila seseorang belum mencoba dan berusaha. Dan sikap seperti inilah yang selalu dinasihatkan Nabi SAW kepada sahabatnya. Suatu kali, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Hibban, ada seorang laki-laki menghadap Rasulullah SAW. ''Ya Rasulullah, saya melepaskan onta milik saya, kemudian setelah itu bolehkah saya bertawakal?'' tanyanya. ''Ikat dan tambatkan (ontamu) dulu,'' jawab beliau, ''lalu bertawakallah.'' Dengan kata lain, Nabi SAW melarang orang tadi bertawakal sebelum mengikatkan onta yang mau ditinggalkan. Kalau dibiarkan lepas, ada kemungkinan onta itu akan lari dan kemudian hilang.

Diriwayatkan oleh Said bin Musyayyab, sebagaimana dikutip Shekh Muhammad bin Abu Bakr dalam kitabnya al-Mawaidh al-'Usfuriyah, bahwa suatu hari Rasulullah bertandang ke rumah Ali bin Abi Thalib dan menanyakan kesehatan sahabat dan sekaligus menantunya itu. Ali pun menjawab, ''Aku berada dalam empat kesedihan: Di rumahku tak ada makanan selain air. Aku memikirkan anak-anakku. Aku memikirkan Allah dan hari kemudian. Dan aku memikirkan malaikat maut.'' Baginda Nabi Muhammad SAW pun menjelaskan, ''Ketahuilah wahai putra Abi Thalib, rezeki manusia itu di tanganNya. Sedangkan kesedihan itu tak bisa membawa mudlarat ataupun manfaat. Karena itu bertawakallah, niscaya engkau menjadi teman Allah.''

Berserah Diri -Keledai favorit seorang pria jatuh ke dalam sebuah lubang yang dalam. Dia tidak bisa menarik keledai tersebut keluar, tidak peduli seberapa keras ia mencobanya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mengubur keledainya hidup-hidup.

Tanah mulai ditimbun ke lubang tempat keledai berada dari atas. Berserah Diri -Keledai yang merasa tertimpa tanah, menggoyangkan tubuhnya untuk menjatuhkan tanah di atas tubuhnya, dan melangkah di atas tanah tersebut. Tanah berikutnya ditimbun kembali ke dalam lubang.

Setelah banyak ‘mengibaskan’ masalah, Dan melangkah (belajar dari kisah di atas), Berserah Diri Suatu saat setelah terlepas dari masalah, anda akan mampu merumput di padang rumput hijau. Anda akan mampu meraih apa yang anda impikan.

Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. “Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya. “Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,” ujar si kakek.Berserah Diri Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara “Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.

Wanita itu berkata “belum !” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku.Ia terus membakarku.Berserah Diri Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.

Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata “belum !” lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan Berserah Diri lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum !” Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak.

Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Berserah Diri"

Posting Komentar