Misteri Arwah Noni Belanda di Lawang Sewu - Setiap peristiwa mempunya arti tersendiri baik itu dari segi sudut pandang kiri atau kanan, sebab pada sejatinya semua itu telah digariskan. Dan Misteri Arwah Noni Belanda di Lawang Sewu kita hanya menjalankan sebagaimana kita sebuah wayang yang talah dilakonkan oleh dalang. Seperti itu pula makna dari sebuah unsur kehidupan.
Tidak terlepas banyak dari kita yang hanya memandang semua peristia hanya sebagai hal yang lumrah dan biasa saja. Namuan Misteri Arwah Noni Belanda di Lawang Sewu apakah tau bahwa kita hidup ini sebagaimana orang perjalannan yang kadang memerlukan tempat singgah sementara yang cuma dibuat untuk istrirahat sejenak dan kita pun akan melaksanakan perjalanan kembali.Dan Misteri Arwah Noni Belanda di Lawang Sewu untuk hal yang semacam ini terkadang kita lupa dan tergiur hanya dengan kemewahan dan kemegahan nikmat dunia semata.
Lawang Sewu, gedung tua yang berada di pusat Kota Semarang ini sebelum zaman penjajahan Jepang adalah kantor perkereta-apian yang dikelola pemerintah kolonial Belanda.
Cerita misteri munculnya arwah noni Belanda ini berawal ketika tentara Jepang mulai masuk menyerbu gedung, dan menjadikannya sebagai salah satu basis peristirahatan tentara Jepang.
Kala itu, terjadi pemerkosaan tentara Jepang terhadap sekitar 20 noni Belanda. Kabarnya semua noni ini terdiri dari 10 noni perawan dan 10 sudah nikah.
Setelah puas menyalurkan hasratnya, para tentara Jepang memenggal kepala 20 noni tersebut. Dari situ, mistis sering munculnya noni di sekitar Lawang Sewu berawal.
Pengalaman Mistis
Kemunculan arwah noni Belanda ini salah satunya dialami oleh Toha (46) warga Kampung Prembaen, Semarang Tengah, Kota Semarang. Toha yang mempunyai hobi memancing di sungai sekitar Lawang Sewu ini sering melihat penampakan sosok noni Belanda.

Seorang pria sedang melihat sosok wanita bergaun putih dan berambut panjang di Lawang Sewu (Pict: Ilustrasi dari “I wouldn’t go in there – Lawang Sewu, Basement Ghost” – NatGeo Channel)
Dengan rambut panjang terurai dan berbusana long dress warna putih, sosok noni Belanda itu terlihat mondar-mandir di sekitar Lawang Sewu.
“Dia tidak mengganggu hanya menampakkan diri. Mondar-mandir dengan parasnya yang cantik namun penuh dengan darah di mukanya dan menebar senyuman yang sangat mistis dan menakutkan… Ya, menakutkan memang… tetapi mau bagaimana lagi?,” tutur Toha, Minggu (13/10/13).

Sosok wanita Belanda dengan muka berdarah-darah, bergaun putih dan berambut panjang di Lawang Sewu (Pict: Ilustrasi dari “I wouldn’t go in there – Lawang Sewu, Basement Ghost” – NatGeo Channel)
Loji sejak era Belanda tersebut, kini lebih dikenal dengan istilah “Lawang Sewu” atau “pintu seribu” karena seakan-akan ada ribuan pintu dan jendela tersebar di mana-mana.
Sebagai gambaran, lantai dua di bagian belakang gedung memiliki sekitar 20 ruangan berjajar yang masing-masing memiliki sebanyak 6 pintu.
Jika “lawang” bisa diartikan sebagai pintu atau pintu yang menyerupai jendela besar, maka diyakini seakan-akan gedung tua Lawang Sewu memiliki 1000 pintu.
Mitos Seribu Pintu dan Ruang Bunker Bawah Tanah
Pada kenyataannya dari berbagai pengalaman para wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang mengunjunginya, saat menghitung jumlah pintu selalu tidak akan menemukan jumlah sampai 1000 pintu atau 1000 lawang.
Hal ini terjadi karena memang istilah kata “sewu” atau “seribu” itu, hanyalah kata kiasan yang mengartikan banyaknya pintu-pintu atau jendela-jendela besar tersebut yang seakan-akan jumlahnya seribu.

Sosok wanita bergaun putih dan berambut panjang di Lawang Sewu (Pict: Ilustrasi dari “I wouldn’t go in there – Lawang Sewu, Basement Ghost” – NatGeo Channel)
Hingga kini, istilah tersebut diyakini sebagai mitos jika satu pintunya merupakan pintu mistis sebagai tempat jalan masuk arwah para penunggu gedung Lawang Sewu tersebut.
Selain rahasia pintu seribu, juga ada bagian lain dari Lawang Sewu yaitu bunker, atau ruang bawah tanah. Bungker ini sebetulnya adalah tempat penyimpanan atau persediaan air bersih pada Zaman Belanda.
Tak heran, jika sampai saat ini bangunan tersebut terus tergenang air dan harus dipompa keluar agar air tidak membanjiri objek wisata utama di Lawang Sewu tersebut.
Saat pertama turun, kita akan ditunjukan tempat yang angker dan penampakan-penampakan yang terjadi. Di ruangan pengap tersebut, terdapat beberapa lampu temaram yang masih terlihat baru. Konon dipasang lampu karena banyaknya orang yang kesurupan di tempat itu.

Sosok wanita bergaun putih dan berambut panjang di Lawang Sewu (Pict: Ilustrasi dari “I wouldn’t go in there – Lawang Sewu, Basement Ghost” – NatGeo Channel)
Saat Jepang masuk Indonesia
Pada masa Jepang, bungker itu dijadikan penjara dadakan untuk menahan para pejuang dan tentara Belanda yang tertangkap.
Di ruang bawah tanah itu juga terdapat 16 kolam di setiap ruangan, delapan ruangan bagian kanan dan delapan ruangan bagian kiri.
Selain itu, tempat itu dijadikan sebagai tempat penyiksaan dan pembantaian tentara Belanda. Termasuk menyiksa beberapa noni Belanda yang dilakukan oleh tentara Jepang.

Sosok wanita Belanda dengan muka berdarah dan bergaun putih serta berambut panjang di Lawang Sewu (Pict: Ilustrasi dari “I wouldn’t go in there – Lawang Sewu, Basement Ghost” – NatGeo Channel)
Penjara ini pada masanya dulu sering disebut sebagai penjara jongkok. Lima sampai sembilan orang dimasukan dalam sebuah kotak sekitar 1,5 x 1,5 meter dengan tinggi sekitar 60 cm.
Lalu mereka disuruh jongkok berdesakan, kemudian kolam tersebut diisi air hingga setinggi leher. Kemudian kolam tersebut ditutup terali besi sampai mereka semua mati.
Tak hanya penjara jongkok, di ruang bawah tanah tersebut juga terdapat penjara berdiri. Lima sampai enam orang dimasukan dalam sebuah kotak berdiamater sekitar 60 cm x 1 meter, mereka berdiri berdesakan kemudian ditutup pintu besi sampai mereka semua mati.

Sosok wanita Belanda dengan muka berdarah dan bergaun putih serta berambut panjang di Lawang Sewu (Pict: Ilustrasi dari “I wouldn’t go in there – Lawang Sewu, Basement Ghost” – NatGeo Channel)
Namun jika dalam seminggu mereka yang dipenjara jongkok dan penjara berdiri masih hidup, maka kepala mereka dipengggal dalam ruangan khusus. Mereka menggunakan bak pasir untuk mengumpulkan mayat tersebut.
Seluruh mayat dibuang ke sebuah kali kecil yang terletak di sebelah gedung tersebut. Menurut cerita beberapa warga lama disekitar, kali itu bernama Kali Garang, yang mana “garang” berarti begis dan kejam.
Kata-kata garang dipilih karena pada masa penjajahan Belanda dan juga pada masa penjajahan Jepang dikala itu, sering terjadi penyiksaan sehingga warna kali menjadi merah karena banyaknya darah yang mengalir di kali tersebut.
Saat pertempuran lima hari di Semarang, mayat-mayat tersebut dijadikan satu dalam delapan ruangan di sebelah kiri, kemudian ruangan tersebut ditembok untuk menghilangkan bau mayat. Wih, memang garang… dan pastinya menyeramkan!(merdeka.com)
Misteri Arwah Noni Belanda di Lawang Sewu -Keledai favorit seorang pria jatuh ke dalam sebuah lubang yang dalam. Dia tidak bisa menarik keledai tersebut keluar, tidak peduli seberapa keras ia mencobanya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mengubur keledainya hidup-hidup.
Tanah mulai ditimbun ke lubang tempat keledai berada dari atas. Misteri Arwah Noni Belanda di Lawang Sewu -Keledai yang merasa tertimpa tanah, menggoyangkan tubuhnya untuk menjatuhkan tanah di atas tubuhnya, dan melangkah di atas tanah tersebut. Tanah berikutnya ditimbun kembali ke dalam lubang.
Setelah banyak ‘mengibaskan’ masalah, Dan melangkah (belajar dari kisah di atas), Misteri Arwah Noni Belanda di Lawang Sewu Suatu saat setelah terlepas dari masalah, anda akan mampu merumput di padang rumput hijau. Anda akan mampu meraih apa yang anda impikan.
Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. “Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya. “Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,” ujar si kakek.Misteri Arwah Noni Belanda di Lawang Sewu
Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara “Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.
Wanita itu berkata “belum !” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku.Ia terus membakarku.Misteri Arwah Noni Belanda di Lawang Sewu Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.
Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata “belum !” lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan Misteri Arwah Noni Belanda di Lawang Sewu lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum !”
Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak.
Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.
0 Response to "Misteri Arwah Noni Belanda di Lawang Sewu"
Posting Komentar