Memahami Sebutan Ustadz, Habib, Kyai dan sebagainya

Memahami Sebutan Ustadz, Habib, Kyai dan sebagainya - Setiap peristiwa mempunya arti tersendiri baik itu dari segi sudut pandang kiri atau kanan, sebab pada sejatinya semua itu telah digariskan. Dan Memahami Sebutan Ustadz, Habib, Kyai dan sebagainya kita hanya menjalankan sebagaimana kita sebuah wayang yang talah dilakonkan oleh dalang. Seperti itu pula makna dari sebuah unsur kehidupan.

Tidak terlepas banyak dari kita yang hanya memandang semua peristia hanya sebagai hal yang lumrah dan biasa saja. Namuan Memahami Sebutan Ustadz, Habib, Kyai dan sebagainya apakah tau bahwa kita hidup ini sebagaimana orang perjalannan yang kadang memerlukan tempat singgah sementara yang cuma dibuat untuk istrirahat sejenak dan kita pun akan melaksanakan perjalanan kembali.Dan Memahami Sebutan Ustadz, Habib, Kyai dan sebagainya untuk hal yang semacam ini terkadang kita lupa dan tergiur hanya dengan kemewahan dan kemegahan nikmat dunia semata.

Saya ditanya tentang penyebutan ustadz dukun, ustadz entertainment dan sejenisnya. | Jawab saya: Ustadz, pengertian harfiahnya secara etimologi atau kebahasaan adalah guru (teacher) atau jika ingin lebih tepatnya lagi ia tidak sekedar mengajar tapi juga pendidik (educator). Bentuk jamak dari istilah ustadz adalah Asatidz. | Istilah ini wajarnya disandang oleh orang yang berkecimpung dalam akademik dan memiliki keilmuan serta pengetahuan luas yang dengannya ia mengajar orang lain.


Yang harus dipahami juga bahwa istilah Ustadz mencakup posisi Mudarris (pengajar, orang yang menyampaikan ajaran dihadapan orang lain). Ustadz juga mencakup posisi Mu’allim (orang yang mentransformasikan ilmu, membuat orang yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, tentunya ustadz sendiri adalah orang yang alim alias berilmu). Ustadz juga berposisi Muaddib atau Musyrif (orang yang mengajar etika dan moral) sehingga orang yang tadinya tidak berakhlak menjadi syarif (berakhlak mulia). Ustadz juga memiliki posisi selaku Murabbi, yaitu guru yang memaintenance, guru yang melakukan perawatan secara berkala terhadap ilmu-ilmu pengetahuan termasuk ilmu adab dan akhlak yang ia sampaikan pada orang tertentu maupun dalam ruang lingkup luas pada banyak orang melalui berbagai jalan (mulai dari tulisan, tingkah laku maupun lisan) sehingga jadilah pula ustadz menempati posisi Mursyid. Jadi kesimpulannya, gelar Ustadz itu komposisi penyusunnya sangat kompleks. 


Oleh sebab itu di timur tengah (khususnya di era modern ini), gelar ustadz diposisikan setara dengan gelar Professor alias guru besar, yaitu gurunya guru. 


Nah, sekarang kembali kepada fenomena di Indonesia, tinggal pasangkan istilah ustadz ini pada orang-orang yang populer ditengah kita dan mendapat penyematan gelar ustadz dari masyarakat. Jika ia sudah masuk dalam tataran Mudarris, Mu’allim, Muaddib, Murabbi atau Mursyid maka insyaAllah benar ia seorang ustadz. Meskipun mungkin secara jenjang akademik formal, ia tidak harus selalu memiliki keabsahan identitas secara tertulis. Apalagi bila sebaliknya.


Namun bila tingkah laku maupun pengajarannya justru tidak sesuai dengan kriteria-kriteria diatas ini maka boleh jadi ke-ustadz-annya itu cuma gelar dari masyarakat awam saja sebagai bentuk takzim atau hormat pada orang ybs (dan boleh jadi tergiring pula oleh kejahilan (kebodohan) atau tradisi dan kultur yang berlaku disekitarnya –termasuk pengaruh media). 


Jikapun kriteria ustadz belum semuanya terpenuhi komposisinya pada seseorang tertentu, kita dapat saja sementara menyebutnya sebagai: Dai (pendakwah),muballigh (penyampai risalah), khatib (orator).


Satu lagi pastinya syarat untuk kriteria penyebutan Ustadz sebagai orang alim (berilmu) yang bentuk jamaknya menjadi ulama adalah :

Innamaa yakhsyaa allaaha min ‘ibaadihi al’ulamaau inna allaaha ‘aziizun ghofuurun | mereka adalah orang yang takut pada Allah. (Lihat al-Qur’an surah Faathir ayat 28)
Mereka bukan orang yang mudah mengeluarkan fatwa-fatwa tertentu berkaitan dengan hukum maupun kaidah agama sebelum mereka punya pengetahuan pasti yang luas dari berbagai perspektifnya. Inilah orang yang cinta maupun bencinya hanya karena Allah ta’ala. Bukan karena dibayar televisi, bukan karena ia mencari rezeki dari jalan berfatwa maupun bertabligh apalagi untuk mencari kekuasaan.

Lalu bagaimana dengan istilah Kyai? | Istilah ini cuma ada di Indonesia sebagai bentuk penghormatan pada orang atau bahkan juga benda mati yang dianggap bermartabat atau berderajat tinggi. Ya lihat saja contohnya ada kerbau disebut Kyai, ada keris disebut Kyai. Jadi istilah Kyai bukan monopoli makhluk hidup saja, ini bedanya dengan istilah Ulama dan lainnya diatas. Disejumlah daerah kadang tidak digunakan istilah Kyai tapi ada yang menyebutnya Ajengan dan ada juga menggunakan istilah Buya.
Syaikh : Ini sebutan untuk orang yang dianggap berilmu dan berakhlak baik. Biasanya sebutan ini lebih ditujukan pada orang yang berusia relatif muda.
Habib atau jamaknya Habaib : Istilah ini berarti kekasih ataupun kecintaan. Asal katanya Hubb yang berarti ‘cinta’. Dalam bentuk individu ia menjadi Muhibb alias ‘pencinta’, jamaknya Muhibbuun. Sedangkan orang yang ia cintai disebutlah Mahbuub. Biasanya istilah Habib dan Habaib ini digunakan bagi sebutan para Ahli Bait Nabi dari garis putri beliau Fatimah dan Ali ibn Abi Thalib (baik dari jalur Sayyidina Hasan maupun Sayyidina Husain).
Ada pula yang menggunakan kata ganti gelar Habib dengan Syarif (orang yang mulia), dan untuk perempuan disebut Syarifah. Juga ada yang menyebutnya dengan istilah Sayyid (tuan terhormat) dimana bentuk untuk perempuannya adalah Sayyidah.
Terakhir… bagaimana dengan istilah “Gus“? | Istilah ini setahu saya biasanya digunakan dalam lingkup pesantren. Pasangannya jika tak salah adalah “Ning“. Ini lebih pada sebutan bagi anaknya para kyai.
However, If your actions inspire others to dream more, learn more, do more and become more, you are a leader, no matter whoever you are. 


Info : http://arsiparmansyah.wordpress.com/2014/03/13/memahami-sebutan-ustadz-habib-kyai-dan-sebagainya/

Memahami Sebutan Ustadz, Habib, Kyai dan sebagainya -Keledai favorit seorang pria jatuh ke dalam sebuah lubang yang dalam. Dia tidak bisa menarik keledai tersebut keluar, tidak peduli seberapa keras ia mencobanya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mengubur keledainya hidup-hidup.

Tanah mulai ditimbun ke lubang tempat keledai berada dari atas. Memahami Sebutan Ustadz, Habib, Kyai dan sebagainya -Keledai yang merasa tertimpa tanah, menggoyangkan tubuhnya untuk menjatuhkan tanah di atas tubuhnya, dan melangkah di atas tanah tersebut. Tanah berikutnya ditimbun kembali ke dalam lubang.

Setelah banyak ‘mengibaskan’ masalah, Dan melangkah (belajar dari kisah di atas), Memahami Sebutan Ustadz, Habib, Kyai dan sebagainya Suatu saat setelah terlepas dari masalah, anda akan mampu merumput di padang rumput hijau. Anda akan mampu meraih apa yang anda impikan.

Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. “Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya. “Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,” ujar si kakek.Memahami Sebutan Ustadz, Habib, Kyai dan sebagainya Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara “Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.

Wanita itu berkata “belum !” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku.Ia terus membakarku.Memahami Sebutan Ustadz, Habib, Kyai dan sebagainya Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.

Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata “belum !” lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan Memahami Sebutan Ustadz, Habib, Kyai dan sebagainya lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum !” Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak.

Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Memahami Sebutan Ustadz, Habib, Kyai dan sebagainya"

Posting Komentar